Pada suatu waktu, hidup seorang raja
yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang
paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan
selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan
yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah
sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk
di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri
mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia
tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.
Namun, suatu ketika bola emas sang putri
tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke
arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus
bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga itu
pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin
keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara
padanya,”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat
membuat saya terharu… Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah
suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek di
permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis
karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang
katak. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau
berikan padaku nanti?”, lanjut sang katak.
“Apapun yang kau minta akan ku berikan,
perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai
ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara
bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan
mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi
semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang katak.
“Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola
emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa
berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di
air bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang
katak segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke
permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.
Sang Putri merasa sangat senang karena
bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan
kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku
bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang
katak berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang katak.
Sang
katak merasa sangat sedih dan kembal ke telaga kembali. Keesokan harinya,
ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar
suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar
ketukan pintu dan tangisan,”Putri, putri… bukakan pintu untukku”. Sang putri
bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya
sudah ada sang katak. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia
kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat
anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku?
Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi? “Bukan ayah, bukan seorang
raksasa tapi seekor katak yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia
inginkan dari?” tanya sang raja pada putrinya.
Kemudian sang putri bercerita kembali
kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke
istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu
lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa dengan ucapan mu
di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang
telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan
langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera
masuk dang mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan
duduk di sebelahmu”, kata sang katak. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan
piring untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan
di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak
punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.
Sang Putri bergegas lari ke kamarnya.
Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba,
ketika hendak membaringkan diri di tempat
tidur…. “Kwoook!” ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya.
“Cukup katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah
keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai.
Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap muncul
seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah
menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah
melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang
pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan
penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau
melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang
Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup
bahagia.
Pesan moral :
Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji
yang akan kita buat.
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari
Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka
adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa,
namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit
keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula
ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang
Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung
ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih
membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol.
Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah
saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah
dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik
kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan.
Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah
Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua
pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja.
Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak
pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.
Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena
terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah
harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi
Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami
kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan
rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan
pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan
mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan
dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di
pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang
putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu
asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut
terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya.
Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang
putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil
menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada
ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu
harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum
menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri
sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang
putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti
diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju
ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke
barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan
kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman
melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan
membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya
cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali
menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar
lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang
berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah
itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut.
Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang
putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku
menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau
harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol
dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek
itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan
menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata
Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari
Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu
merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang
putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang
rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu
pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai
hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya.
Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat
membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih
hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya
sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah
terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi
emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan
memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah
langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk
menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun
menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk
melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya.
Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai
tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya
selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu
bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya
tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya
setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah
seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama
seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih
salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil
labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira
memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta
bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak
sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang
keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular,
kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang
merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Dahulu kala, disebuah kota tinggal
seorang Kakek dan Nenek pembuat sepatu. Mereka sangat baik hati. Si kakek yang
membuat sepatu sedangkan nenek yang menjualnya. Uang yang didapat dari setiap
sepatu yang terjual selalu dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan dan
disantap oleh orang-orang jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah tidak
mempunyai orangtua. Karena itu walau sudah membanting tulang, uang mereka
selalu habis. Karena uang mereka sudah habis, dengan kulit bahan sepatu yang
tersisa, kakek membuat sepatu berwarna merah. Kakek berkata kepada nenek,
“Kalau sepatu ini terjual, kita bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti.
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak bersepatu di depan
toko mereka. “Kasihan sekali gadis itu ! Ditengah cuaca dingin seperti ini
tidak bersepatu”. Akhirnya mereka memberikan sepatu berwarna merah tersebut
kepada gadis kecil itu.
“Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita”, kata si kakek. Malam tiba,
merekapun tertidur dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi kejadian aneh. Dari
hutan muncul kurcaci-kurcaci mengangkut kulit sepatu, membawanya ke rumah si
kakek kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang sangat bagus. Ketika
sudah selesai mereka kembali ke hutan.
Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang sepatu yang sangat
hebat. Sepatu itu terjual dengan harga mahal. Dengan hasil penjualan sepatu itu
mereka menyiapkan makanan dan banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak
kecil pada Hari Raya. “Ini semua rahmat dari Yang Maha Kuasa”.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek. Kakek dan nenek
lalu mengintip, dan melihat para kurcaci yang tidak mengenakan pakaian sedang
membuat sepatu. “Wow”, pekik si kakek. “Ternyata yang membuatkan sepatu untuk
kita adalah para kurcaci itu”. “Mereka pasti kedinginan karena tidak mengenakan
pakaian”, lanjut si nenek. “Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka sebagai
tanda terima kasih”. Kemudian nenek memotongh kain, dan membuatkan baju untuk
para kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak tinggal diam. Ia pun membuatkan sepatu-sepatu
mungil untup para kurcaci. Setelah selesai mereka menjajarkan sepatu dan aju
para kurcaci di ruang kerjanya. Mereka juga menata meja makan, menyiapkan
makanan dan kue yang lezat di atas meja.
Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat
begitu banyaknya makanan dan hadiah di ruang kerja kakek. “Wow, pakaian yang
indah !”. Merek segera mengenakan pakaian dan sepatu yang sengaja telah
disiapkan kakek dan nenek. Setelah selesai menyantap makanan, mereka menari-nari
dengan riang gembira. Hari-hari berikutnya para kurcaci tidak pernah dating
kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek selalu laris terjual.
Sehingga walaupun mereka selalu memberikan makan kepada orang-orang miskin dan
anak yatim piatu, uang mereka masih tersisa untuk ditabung. Setelah kejadian
itu semua, Kakek dan dan nenek hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.
Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin
yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan tinggal dilumbung
rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil untuk berdoa. "Wahai,
Dewa Rahmat! Aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak
berkercukupan". "Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak saat
itu setiap selesai bekerja, Taro pergi ke kuil. Suatu malam, sesuatu yang aneh
membangunkan Taro. Di sekitarnya menjadi bercahaya, lalu muncul suara.
"Taro, dengar baik-baik. Peliharalah baik-baik benda yang pertama kali kau
dapatkan esok hari. Itu akan membuatmu bahagia."
Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil, Taro jatuh terjerembab.
Ketika sadar ia sedang menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang
dimaksud Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini akan mendatangkan
kebahagiaan…?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan benda yang
didapatkannya Taro lalu berjalan sambil membawa jerami. Di tengah jalan ia
menangkap dan mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan ributnya mengelilingi
Taro di jeraminya. Lalat tersebut terbang berputar-putar pada jerami yang sudah
diikatkan pada sebatang ranting. "Wah menarik ya", ujar Taro. Saat
itu lewat kereta yang diikuti para pengawal. Di dalam kereta itu, seorang anak
sedang duduk sambil memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu."
Seorang pengawal datang menghampiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan
ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut memberikan tiga buah jeruk sebagai
rasa terima kasihnya kepada Taro.
"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam
hati. Ketika meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang
beristirahat dan sangat kehausan. "Maaf, adakah tempat di dekat sini mata
air ?", tanya wanita tadi. "Ada dikuil, tetapi jaraknya masih jauh
dari sini, kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro sambil
memberikan jeruknya kepada wanita itu. "Terima kasih, berkat engkau, aku
menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai rasa
terima kasih kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro
berjalan sambil membawa kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai
dengan kudanya. Ketika dekat Taro, kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu
bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang terburu-buru." Para pengawal
berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Melihat keadaan itu, Taro
menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya Taro memberikan
segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu. Taro
mengambil air dari sungai dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian
dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa 2
gulung kain yang tersisa.
Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta
makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia memberikan segulung kain
yang dimilikinya. Petani itu memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa
amat senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu Taro makan malam
dan mempersilakannya menginap di rumahnya. Esok harinya, Taro mohon diri kepada
petani itu dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.
Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk
memindahkan barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat,"
pikir Taro. Kemudian taro masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka
membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah berkata,"Wah kuda yang bagus. Aku
menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak mempunyai uang. Bagaimanan kalau ku
ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai segera habis,
tetapi sawah bila digarap akan menghasilkan beras, Silakan kalau mau
ditukar", kata Taro.
"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri
yang jauh, kau tinggal disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah.
"Baik, Terima kasih Tuan". Sejak saat itu taro menjaga rumah itu
sambil bekerja membersihkan rerumputan dan menggarap sawah yang didapatkannya.
Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.
Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang
jerami, ia diberi julukan "Saudagar Jerami". Para tetangganya yang
kaya datang kepada Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh
Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang gadis dari desa tempat ia dilahirkan.
Istrinya bekerja dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai seorang anak
yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si pemilik rumah tidak pernah kembali
lagi. Dengan demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya.
Tom
Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada
suatu malam ia melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama
Huck pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati
dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil. " "Benar. Serahkan
saja padaku! Masa'sih begitu saja takut. "
" Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi.
"Bukankah itu dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..."
Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk
mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek
Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter
dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau
yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter. Brukk!
Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan
harinya Dokter ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota
mulai berkumpul. "Ini adalah pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh
Dokter." "A... aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas...
"Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh Dokter." " Memang
benar, pembunuhnya adalah Kakek Petter.
Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. "Wah...
padahal pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi,
kalau kita mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas dendam dan membunuh
kita... " Beberapa hari telah berlalu, dan semua orang tela.h melupakan
kejadian itu. Pada suatu hari Tom bertengkar dengan Becky, gadis yang
disukainya di sekolah. "Apa-apaan. Aku benci sama Tom."
Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe
berkata, "Baik di rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom,
kita melarikan diri saja, yuk! " Tom dan Joe mengajak Huck, mereka
bermaksud hidup di sebuah pulau di tengah-tengah sungai. "Yahooo! Kalau
begini, kita seperti bajak laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke
sekolah." Ketiganya menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan
mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun makan telur goreng dan
apel.
Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tibatiba.... duaaar! Air sungai
menyembur ke atas. "Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang
mencari orang yang tenggelam. " Orang-orang kota mengira Tom dan Joe
tenggelam di sungai, lalu mereka pun datang untuk mencari. " Mungkin saat
ini Bibi Polly sedang mengkhawatirkanku. Di tengah malam Tom berenang
menyeberangi sungai, kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom
mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly dan Ibu Joe sedang menangis.
"Semuanya meninggal dunia, ya..."
Kemudian Tom kembali ke
pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka sangat terkejut.
Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman mereka.
"Wah, Tom! Kamu pulang, ya.' "Joe, syukurlah kamu pulang dengan
selamat." Semuanya gembira atas kepulangan mereka. Beberapa hari kemudian
pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter ditetapkan sebagai
pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek Petter, Tom
memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian
Joe itu. "Kami telah melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian
Joe yang mendengar hal ini segera melompat dari jendela. Praaang! Ia melarikan
diri. Kakek Petter merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong. "Tom,
terima kasih banyak. Begitu pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya
semula. Pada suatu hari Huck dan Tom pergi ke sebuah rumah yang tak
berpenghuni. Ketika keduanya sedang mencari sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba
seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian Joe bersama sahabatnya, si
pencuri! "
Untuk menyembunyikan
uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai. Dan...
criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak!
"Baiklah, kita pindahkan persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu
ini. " Si Indian Joe juga mulai naik ke tingkat dua, untuk memeriksa.
"Bagaimana, nih? Kalau ketahuan, pasti kita dibunuh olehnya..."
Praaak! Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di tengah-tengah tangga si
Indian Joe terjatuh. Tom dan Huck pun merasa lega.
Beberapa hari telah
berlalu. Pada suatu hari Huck mengikuti Indian Joe dan temannya sendirian.
"Apakah mereka mau menyembunyikan emasnya?" Tetapi, Indian Joe dan
temannya bermaksud menyerang rumah Nyonya Douglas. "Gawat! Aku harus cepat-cepat
memberitahukannya pada seseorang! " Karena pemberitahuan Huck, orang yang
rumahnya bertetangga dengan Nyonya Douglas segera membawa senapan dan menembak
para pencuri itu. Door! Door! Indian Joe dan temannya sangat terkejut, lalu
mereka melarikan diri. " Sudah tidak apa-apa, kok!! "Ini semua berkat
Huck. Terima kasih atas pemberitahuannya, ya! "
Di lain pihak Tom,
Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi, Tom dan Becky
tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba, muncul asap
membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa! Tom, aku takut!" "Oh,
ada seseorang! " Tiba-tiba muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan
Becky. Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit
untuk bemafas. "Waaaw! Ayo, lari! Dengan cepat, Tom dan Becky berlari
hingga keluar dari dalam goa. Akhimya mereka pulang.
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu.
Ketika Tom pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, Tom karena goa itu
berbahaya, sebaiknya ditutup saja. "Ya... tetapi di situ ada Indian Joe.
Ketika semuanya pergi ke sana, temyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk
goa. la tersesat. Kemudian mereka menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan
Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata Indian Joe menyembunyikan emasnya di
atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah diberi tanda. " Tom dan
Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia. Ketika mereka menggali
batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan kedua orang
pencuri itu.
"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck
pulang, Nyonya Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk
menyambut mereka.
"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di
Mississipi, Amerika. Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan
sahabatnya, Huck. Inti ceritanya ada di tengah-tengah cerita, sehingga menjadi
dan mudah dimengerti.
Dahulu, di daerah Baghdad, timur tengah,
ada seorang pemuda bernama Sinbad yang kerjanya memanggul barang-barang yang
berat dengan upah yang sedikit, sehingga hidupnya tergolong miskin. Suatu hari,
Sinbad beristirahat di depan pintu rumah saudagar kaya karena sangat lelah dan
kepanasan. Sambil istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku
sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul beban di punggung
tetaplah penderitaan yang kurasakan." Tak berapa lama muncul pelayan rumah
itu, menyuruh Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga
Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai bercerita, "Dulu aku
seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih karena kau
berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk,
orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan
menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang
pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan
seisinya. Karena sudah lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang
terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan
makan siang. Mereka membakar daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang.
Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke
laut, aku sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas
badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya
ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti pulau. Mungkin karena panas dari api
unggun, ia mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku
berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun
terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan.
Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah
dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar.
Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar
suara yang menakutkan disertai suara kepakan saya yang mengerikan. Ternyata,
seekor burung naga yang amat besar.
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya.
Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung
naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi
ke tempat di mana manusia tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang
mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan akhirnya tampak sebuah
daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad
segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu.
Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya
banyak berlian.
Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan
daging yang besar. Di gundukan daging itu menempel banyak berlian yang
bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke
jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah
menempel didaging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke
gundukan daging. Tak berapa lama burung naga datang dan mengambil gundukan
daging, lalu terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang!
Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung naga yang terkejut
menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang
datang untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang
pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya.
Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar
dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan
perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak. Kemudian
Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah.
"Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi
Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini
adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh
gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan
langsung menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan
gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang.
Sinbad mengira ia pasti akan dibunuh atau di banting ke tanah. Ternyata, gajah
itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya
terlihat sebuah air terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke
dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad
terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah
berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya,
berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi
perbuatannya. Ia pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke
tuannya dengan syarat tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji
dan kemudian memberikan Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi
saudagar kaya. "Aku bisa menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan
uang itu. Jangan putus asa, sampai kapanpun, apalagi jika kita masih
muda," lanjut sang saudagar.
Dahulu kala di negara Inggris ada
seorang dokter muda bernama Guliver. Ia senang berlayar ke negara yang sangat
jauh. Hingga pada suatu saat, ketika ia berlayar, datang angin topan yang
sangat dahsyat. Semua orang yang naik kapal tersebut terlempar ke laut. Guliver
terus berenang di antara ombak yang bergulung-gulung. Akhirnya ia terdampar di
sebuah pantai. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya telah diikat dengan tali
kecil dan banyak prajurit-prajurit kecil yang membawa tombak mengelilinginya.
"Jangan bergerak! Lihatlah keadaanmu!" "Hai laki-laki raksasa,
siapakah kau sebenarnya ?". "Namaku Guliver, kapal yang aku naiki
tenggelam dan aku terdampar disini." "Baiklah, kau akan kami bawa ke
Istana." Kemudian prajurit-prajurit kecil mengangkat dan menaikkan Guliver
ke atas kendaraan raksasa yang ditarik kuda-kuda kecil.
Setelah tiba di Istana dan tali-tali yang mengikatnya dilepaskan, Guliver
menceritakan kejadian yang menimpa diri dan kapalnya kepada raja.
"Baiklah, kau boleh tinggal disini asal kau berkelakuan baik dan
sopan", kata sang Raja. Setelah itu raja menyuruh pelayannya untuk
menyiapkan hidangan untuk Guliver. "Sebagai rasa hormat saya, saya ingin
memberikan hadiah kepada Baginda," kata Guliver sambil mengeluarkan sebuah
pistol dan mencoba menembakkannya. Door!! Orang-orang di kota tersebut terkejut
dan berlarian mendengar suara pistol Guliver. "Hm.. meriam yang
hebat,"kata Raja.
Keesokan harinya, Guliver berjalan berkeliling kota setelah diijinkan oleh
Raja. Guliver merasa sedang berjalan diantara gedung-gedung yang bagaikan
mainan. Guliver semakin akrab dengan penduduk-penduduk di lingkungan Istana.
Guliver memberikan kenang-kenangan berupa sebuah jam kepada mereka. Suatu hari,
Raja datang dengan putrinya untuk berunding. Raja merasa bingung karena raja
negeri tetangga ingin menikah dengan putrinya. Tetapi putrinya tidak
menginginkannya. Namun, jika permintaan tersebut ditolak, raja negeri seberang
mengancam akan datang menyerang. "Baiklah, aku akan berusaha menolong,
Tuanku." Guliver minta disediakan tali-tali yang diberi kail pada
ujungnya. Ketika ia pergi ke pelabuhan, kapal-kapal musuh sudah berjejer di
tengah laut. Guliver pergi ke arah kapal itu. Tiba-tiba ia diserang dengan
panah-panah kecil yang tidak terasa dibadan Guliver. Ia hanya menutup matanya
dengan tangan agar panah-panah itu tidak mengenai matanya. Guliver menarik
kapal-kapal musuh ke pelabuhan. "Hidup Guliver!", "Hebat!
Guliver sangat kuat." Akhirnya raja negeri tetangga memohon maaf dan
berjanji tidak akan berperang lagi dan akan menjalin persahabatan.
Esok harinya, Guliver menemukan perahu yang sudah rusak dan hanyut terombang-ambing
ombak. "Kalau kondisi perahu ini baik, aku mungkin bisa bertemu dengan
kapal laut yang akan pulang ke Inggris. Penduduk negeri itu membantu Guliver
memperbaiki perahu. Berkat usaha dan kerjasama yang baik, dalam sekejap perahu
itu sudah bagus kembali. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian
semua." Tibalah hari kepulangan Guliver. Ia dibekali makanan dan juga
sapi-sapi yang dinaikkan ke perahu. "Baginda, saya telah merepotkan selama
tinggal disini dalam waktu yang lama, maafkan saya jika saya banyak
kesalahan." "Hati-hatilah Guliver dan selamat jalan." Setelah
diantar Raja dan segenap penduduk negeri, perahu Guliver berangkat menuju
lautan. "Beberapa hari kemudian, dari arah depan perahu, Guliver melihat
kapal laut besar. Ia segera melambaikan tangannya dan ia pun ditolong oleh
kapal itu. Kebetulan sekali, ternyata kapal itu akan pulang ke Inggris.
"Syukurlah akhirnya aku bisa pulang ke Inggris," ucap Guliver dalam
hati. Orang-orang dikapal merasa kagum dan aneh dengan cerita Guliver dan melihat
sapi kecil yang dibawa olehnya.
Di sebuah desa, tinggal seorang ayah
dengan anak laki-lakinya yang bernama Gonbe. Mereka hidup dari berburu itik.
Setiap berburu, ayah Gonbe hanya menembak satu ekor itik saja. Melihat hal
tersebut Gonbe bertanya pada ayahnya," Kenapa kita hanya menembak satu
ekor saja Yah?", "Karena kalau kita membunuh semua itik, nanti itik
tersebut akan habis dan tidak bisa berkembang biak, selain itu kalau kita
membunuh itik sembarangan kita bisa mendapat hukuman.
Beberapa bulan kemudian, ayah Gonbe jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Sejak saat itu, Gonbe berburu itik sendirian dan menjualnya. Lama kelamaan,
Gonbe bosan dengan pekerjaannya, ia mendapatkan sebuah ide. Keesokan hariya,
Gonbe datang ke danau yang sudah menjadi es. Ia menebarkan makanan yang sangat
banyak untuk itik-itik. Tak berapa lama, itik-itik mulai berdatangan dan
memakan makanan yang tersebar. Karena kekenyangan, mereka tertidur di atas.
Gonbe segera mengikat itik-itik menjadi satu. Ia mengikat 100 itik sekaligus.
Ketika itik ke seratus akan di ikatnya, tiba-tiba itik-itik tersebut terbangun
dan segera terbang. Gonbe yang takut kehilangan tangkapannya, segera memegang
tali yang diikatkannya ke itik tersebut. Karena banyaknya itik yang diikat,
Gonbe terangkat dan terbawa ke atas. Gonbe terus terbang terbawa melewati awan.
Di awan tersebut Ayah dan anak halilintar sedang tidur dengan nyenyak.
"Dugg!", kaki Gonbe tersandung badan ayah halilintar. Ayah halilintar
terbangun sambil marah-marah, ia segera mengeluarkan halilintarnya yang
kemudian menyambar tali-tali yang mengikat itik-itik itu.
Gonbe jatuh ke dalam laut! Ia jatuh tepat di atas kepala Naga laut yang berada
di Kerajaannya. Naga laut menjadi marah dan mulai memutar-mutar ekornya, lalu
memukulkannya ke Gonbe. Gonbe terbang lagi dari dalam laut. Akhirnya Gonbe
jatuh ke tanah dengan kecepatan tinggi. Akhirnya Gonbe jatuh ke atap jerami
rumah seorang pembuat payung. "Kamu tidak apa-apa?", Tanya si pembuat
payung sambil menolong Gonbe. "Maaf atap anda jadi rusak. Berilah
pekerjaan pada saya untuk mengganti kerugian anda". "Kebetulan, aku
memang sedang kekurangan tenaga pembantu", kata pembuat payung.
Sejak itu Gonbe menjadi rajin membuat payung. Suatu hari, ketika sedang
mengeringkan payung di halaman, datang angin yang sangat kencang. Karena takut
payungnya terbang, Gonbe segera menangkap payung tersebut. Tetapi payung
tersebut terus naik ke atas bersama Gonbe. Dengan tangan gemetaran Gonbe terus
memegang payung sambil terus terbang dengan payungnya hingga melewati beberapa
kota. Payung tersebut akhirnya robek karena tersangkut menara dan pohon-pohon.
Gonbe pun jatuh. Untungnya ia jatuh tepat di sebuah danau. Gonbe merasa lega.
Tidak berapa lama tiba-tiba kepala Gonbe di patuk oleh sekawanan hewan.
"Lho ini kan itik-itik yang aku ikat dengan tali. Ternyata benar ya, kita
tidak boleh serakah menangkap sekaligus banyak." Akhirnya Gonbe melepaskan
tali-tali yang mengikat kaki-kaki itik tersebut dan membiarkan mereka terbang
dengan bebas.
Pesan Moral : Kita tidak boleh menjadi orang yang tamak dan serakah serta
kikir. Cerita di atas menggambarkan adanya hukuman bagi orang yang tamak serta
melanggar ketentuan yang sudah ada.
Putri Tidur
Suatu ketika, ada seorang Raja dan Ratu.
Dan ketika bayi perempuan mereka lahir mereka begitu senang mereka memutuskan
untuk mengadakan pesta besar. Mereka mengundang semua keluarga, semua
teman-teman mereka dan semua peri di negeri itu. Sekarang terdapat 13 peri sama
sekali tetapi raja tapi ratu hanya mengundang 12. Mereka lupa 13 itu. Dan itu
sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan.
Yah, itu pesta indah! Ada tumpukan piring
perak dengan makanan lezat dan piring emas di setiap tempat. Dan ketika semua
orang sudah selesai makan, para peri berkumpul di sekitar buaian bayi dan
mereka setiap membuat keinginan sihir. Sang putri akan indah kata yang pertama.
Dan bahagia, kata yang kedua. Dan baik, kata yang ketiga. Dan mereka
melanjutkan. Sang putri adalah menjadi berani, dan cerdas dan benar. Dia
memiliki suara bernyanyi manis dan kaki menari cahaya
Dan, kemudian, seperti peri kedua belas
hendak membuat keinginannya, dalam terdengar tiga belas. Dia sangat marah,
karena dia tidak diundang ke pesta. Berikut ini adalah keinginan saya,
“ujarnya. “Ketika sang putri adalah 16 tahun, dia akan tusukan jarinya pada
spindle dan dia akan mati.” Dan dengan itu, tiga belas peri menghilang.
Ayam peri 12 berkata, “Aku tidak dapat
mengubah semua peri jahat sihir kuat.” Jadi putri akan tusukan jarinya tapi ia
tidak akan mati? Dia tidur selama seratus tahun. Raja dan ratu peri berterima
kasih atas kebaikan-nya tapi mereka tidak bahagia. Mereka tidak ingin putri
mereka untuk tidur selama seratus tahun. Jadi, mereka memerintahkan agar setiap
roda berputar dan poros dalam tanah harus dipotong dan dibakar. Lalu mereka
mengira bahwa putri itu aman.
Tahun-tahun berlalu dan sang putri
dibesarkan. Dia sangat cantik dan cerdas di banyak hal yang berbeda. Dia, sebenarnya,
segala peri yang ingin dia menjadi. Pada ulang tahun keenam belas, putri itu
menjelajahi benteng ketika ia tiba di ruangan kecil di bagian atas menara
tinggi. Dan di kamar itu adalah seorang wanita tua duduk di roda berputar. “Apa
yang kamu lakukan?” tanya sang putri? ”
“Aku berputar,” kata wanita tua, yang
sebenarnya ketiga belas peri jahat, “kau mau mencoba?”
“Oh ya,” kata putri raja, dan dia duduk
dengan roda berputar. Tapi begitu ia menyentuh poros, titik yang tajam menusuk
jarinya dan ia tertidur.
Dan wanita tua menghilang. Pada saat yang
sama, raja dan ratu, para pelayan, kucing dan anjing-anjing semua tertidur!
Bahkan api berhenti membakar dan memanggang daging berhenti mendesis. Semua
tidur.
Kemudian instrumen lindung nilai mawar
liar tumbuh di sekitar benteng. Ini tumbuh dan tumbuh sampai kastil
tersembunyi.
Seratus tahun berlalu dan kemudian
pangeran datang mengendarai oleh dan melihat bagian atas menara terbit di atas
pagar mawar. Aneh, dia berkata, Aku tidak pernah tahu ada benteng di sini!
Dia melompat dari kudanya dan mengangkat
pedangnya untuk memotong pagar. Tapi begitu pedang menyentuh cabang, jalan
terbuka di hadapannya. Jadi pangeran berjalan bebas melalui lindung nilai. Dia
memasuki benteng, dan berjalan dari kamar ke kamar. Bayangkan kejutan, semua
orang, dan semuanya tertidur pulas.
Akhirnya ia masuk ke sebuah ruangan kecil
di ujung menara tinggi dan ia melihat putri tidur. Dia begitu sangat indah
bahwa ia membungkuk dan menciumnya. Kemudian mantra itu rusak dan sang putri
membuka matanya.
Pada saat yang sama, semua orang dan
segala sesuatu di dalam benteng terbangun! Raja menguap, ratu berkedip, kucing
memiliki regangan yang baik dan anjing-anjing mengibaskan ekor mereka.
Para pelayan mulai bekerja, api mulai api,
dan daging panggang mulai mendesis. Seratus tahun tidak berubah siapapun atau
apapun.
Dan
keesokan harinya putri tidur dan pangera pun menikah dan hidup bahagia di
istana yang indah dan mewah itu.
Makasih anda telah mengunjungi blok kami, Semoga ini bermanfaat . . . ^_^